Postingan

“Will you marry with me?!!>?!>!>@?!<#)&”

Tuhan.......... anak gaul mana yang gak tau kata itu coba? Perempuan mana yang tidak mau suatu hari kata itu keluar dan ditujukan untuk dirinya. Merasa terhormat, spesial, dan apapupun itulah, yang pasti pada hakikatnya setiap manusia termasuk perempuan pasti ingin dihormati. Dan setidaknya tidak ada manusia yang ingin hari esok berubah lebih menyedihkan dari pada   hari ini bukan? Sebuah ikatan suci bernama pernikahan setidaknya dapat memperjelas pembeda antara manusia dengan binatang. Setiap kali saya pulang kerumah, setidaknya dalam   jangka waktu satu bulan atau tiga bulan pasti mendapatkan kartu undangan, baik undangan pernikahan, sunatan, aqiqahan, tujuh bulanan, yang tidak datang hanya surat lamaran #hufh. Hahaha lupakan. Ya, jika saya ingat-ingat sebagian kawan sewaktu kecil sudah berstatus sebagai ibu rumah tangga dan janda (maaf). Sebuah perubahan status yang luar biasa bukan? Dari anak perawan, jadi istri seseorang. Dari seorang anak, jadi emak-emak. Jangan mup...

Tenggelam

Wahai malam yang kembali datang, aku senang menikmati separuh bulanmu yang sudah bangkit dari matinya. turut menenggelamkan badan dengan kelelahannya. Wahai malam, terimakasih atas sejuknya udara malam ini yang menggelitik hati yang sedang berwarna kemerahan. Wahai malam, tak mengapa langitmu kelam tiada gemintang, karena satu bintang sudah terang menerangi disudut malam bagian lain. Wahai malam, sampaikan kepada Sang Pemilik Malam, bahwa hati hambanya malam ini sedang berwarna merah kemerahan. Bukan dia terbuai dengan kehinaan, namun berdegup menanti sebuah janji yang setiap selanya menyulam dzikir para malaikat. Wahai malam, ingin aku tenggelam dalam kelamnya langitmu yang begitu legam, tapi sangat menyejukan. Muda-mudi mondar-mandir berduaan mengitari bumi Tuhan, sama dengan ku yang bolak-balik menikmati malam di bumi Tuhan. Wahai malam yang berlangit kelam, mereka bilang aku alay. Menulis semua kata yang begitu saja hadir menusuk-nusuk jemariku untuk meneriakan. Aku sedang malu wa...

'Ilmuan Islam'

Hidup itu adalah kumpulan mozaik-mozaik yang berserakan. Mungkin ketika seseorang terpental kedunia, Tuhan menebar mozaik-mozaik tersebut di BumiNya. Di Mata Tuhan Yang Agung, mozaik-mozaik tersebut tampak kecil bagai titik atau lebih kecil lagi, tapi dimata manusia yang sok agung mozaik-mozaik tersebut tampak gain seperti misteri. Mungkin begitupun Tuhan menaruh mozaik-mozaik kehidupanku. Ia menembarnya ditempat-tempat yang dekat dan jauh dari jangkauan logikaku. Satu mozaik yang aku temukan setidak sampai sejauh ini, mozaik mimpi yang dulu pernah tercetus begitu saja. Sewaktu SMA, dan menjadi salah satu finalis OSN bidang Geografi, saya pernah membumbung sebuah mimpi kelangit Tuhan yang tidak berujung. Menatap dengan yakin menjadi seorang Ilmuan Islami, yang merasakan dan melihat kebenaran Tuhan melalui alam. Konyol bagi sebagain orang, karena sudah tampak mimpi ku takan bisa terwujud. Lagi-lagi logika manusia mematahkan sebuah kepercayaan akan ke Esaan Tuhan. Tapi, betul begitu ada...

Ibu

Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir - bibir manusia. Dan "Ibuku" merupakan sebutan terindah. Kata yang semerbak cinta dan impian, Manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa. Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dikala lara, Impian kta dalam rengsa, rujukan kita di kala nista. Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun yang kehilangan ibunya, Ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa merestui dan memberkatinya. Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya. Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya dalam lentera ombak, Syahdu tembang beburungan dan sesungaian. Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya. Pepohonan dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian. Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud. Penuh cinta dan ke...

Bagi sahabatku yang tertindas

Wahai engkau yang dilahirkan di atas ranjang kesengsaraan Diberi makan pada dada penurunan nilai Yang bermain sebagai seorang anak di rumah tirani Engkau yang memakan roti basimu dengan keluhan dan meminum air keruhmu bercampur dengan airmata yang getir Wahai askar yang diperintah oleh hukum yang tidak adil oleh lelaki Yang meninggalkan isterinya, anak-anaknya yang masih kecil, sahabat-sahabatnya, Dan memasuki gelanggang kematian demi kepentingan cita-cita, yang mereka sebut 'keperluan'. Wahai penyair yang hidup sebagai orang asing di kampung halamannya Tak dikenali di antara mereka yang mengenalinya Yang hanya berhasrat untuk hidup di atas sampah masyarakat dan dari tinggalan atas permintaan dunia yang hanya tinta dan kertas. Wahai tawanan yang dilemparkan ke dalam kegelapan karena kejahatan kecil Yang dibuat seumpama kejahatan besar oleh mereka yang membalas kejahatan dengan kejahatan Dibuang dengan kebijaksanaan yang ingin mempertahankan hak melalui ...

Kebisuan Malam

Kenapa malam ini begitu romantis kawan? Apakah karena desiran angin ikut menyapa kita dengan sentuhan lembutnya? Hingga akhirnya alam semesta ini terdiam untuk sejenak. Ya sejenak kawan..... Dia membiarkan kita berada dalam nuansa tenang. Memberi ruang untuk kita dalam tenang Sesekali hanya ada desiran lembut angin Kebisuan malam yang sangat indah, bukan?.... Mari kita pejamkan mata dan tulikan telinga kawan. Menghirup, meresap, dan memaknai kebisuan ini. Sesekali hati ini ingin berkata Malamku ini bersamamu, Tak kan tergantikan Coba kau dengarkan kawan, walaupun kita berada dalam kebisuan malam. Goreslah tinta hitam itu di secarik kertas putih kawan Biar menjadi bait-bait puisi mewakili hati dengan kebisuan malam. Saya dan seorang teman :)

Jejak dan Awan

- Puisi adalah kata-kata kebebasan abadi yang besenandung, saling menimpali, atau justru saling terdiam untuk menikmati- Kemanakah engkau pergi wahai manusia yang sedang menikmati kebebasan? Tak taukah engkau disini ada yang tertinggal 'Apa?!' Begitu kata yang aku artikan 'Jejakmu...!'Sahutku Karena jejakmu adalah bait-bait perjalananmu, ia tertinggal membekas. Tapi iya telah tergerus pacuan waktu, Menguap... Terlupakan. Begitu keluhmu yang aku dengar, Hmm... Wahai manusia yang sedang menikmati kebebasan kau benar! Namun cerita yg tergerus waktu akan menjadi puisi yang indah 'Ah, ternyata aku salah besar kawan,' begitu teriakmu sambil melirik kebelakang 'Iya memang menguap. Dan menghilang, Tapi ternyata dia tidak terlupakan, Karena ada kotak lembut yang merekam semuanya.' Begitu gumammu yang aku dengar Dia merubah jejak dan masa lalu menjadi bait-bait puisi, Seperti awan... Yang merubah lautan air asin, menjadi titik-titik hujan T...

Sakura akan tetap menjadi sakura *sayang

Saya ingin berbagi coretan dengan kawan-kawan mengenai percakapan saya dengan salah satu sahabat yang sangat dekat. Suatu malam, saya bertemu dengan dia setelah sekian lama kami tidak bertemu. Saat bertemu, kami saling melampiaskan kerinduan kami dengan cara kami masing-masing. Kenapa dengan cara kami masing-masing, karena pada dasarnya kami berbeda, memiliki hobby yang berbeda, mimpi yang berbeda, dan lebih kontrasnya lagi saya senang berbicara sedangkan dia sangat pendiam. Pasti kalian heran kenapa kami bisa bersahabat? Saya kuga bingung mengapa kami bisa bersahabat dan 'dekat'. Tapi begitulah janji Tuhan yang mengikat hati-hati kita #ea. Saya banyak bercerita padanya, cerita mengenai hari-hari kemarin tentunya. Saya bercerita pada dia mengenai kehidupan baru saya dengan lingkungan baru yang memaksa saya untuk beradaptasi tentunya. Saya katakan kepadanya, bahwa disini semua orang tampak lembut sekali, begitu sabar, calm, dan pendiam. Jika saya tampil dengan diri saya yan...

Ruang hampa udara...

Tiba-tiba ku dengar sebuah dentuman, yang tiada seorangpun tahu asal hilirnya. Dia melepaskan semua partikel yang melekat dalam intinya, menjalar begitu cepat, mewarnai, dan menikam. Ia mengeser sebuah harap, dan menambah panjang list pertanyaan. Sebuah tanya yang akan aku dentumkan dengan lembut pada siapapun ia yang menunjukan bayangnya di lantai dua warna. ‘Ini bukan kisah dongeng’ aku sadar itu kaawan, tapi ini sebuah bungkusan yang orang-orang menyebutnya Mimpi. Mimpi itu akan aku wujudkan, karena ku tahu, Tuhanku .... Allah sang pengabul doa. Janji itu akan menggetarkan bumi hingga pada intinya, jika Allah sang pengabul doa berkata “Sekarang!” Sekarang biarkan partikel-partikel dari dentuman itu menjalar dan berloncat-loncat diruang hampa udara tetapi bukan luar angkasa. Biarkan dia menusuk nadi ku dengan lembaran-lembaran semangat untuk memperbaiki diri dan menengadah menyambut Janji. Siapun ia, dia adalah kado terindah yang telah Allah berikan kepadaku sejak ia mengatakan kun...

Belajar dari Pantai

Aku tidak pernah tahu bagaimana cara mencintai pantai, Atau lebih tepatnya, darimana melihat pantai dengan syahdu dan damai Aku terlalu senang mendaki, . . . Menaiki setiap tanah dan batu yang tidak berbentuk rata Aku terlalu berambisi dekat dengan awan, matahari, edelwies, dan puncak Terobsesi meraih semuanya, dan terbuai menikmati semua Hingga satu hal yang belum aku pelajari dari pendakian itu,... Yakni mengikhlaskan. Aku lupa belajar dari pantai yang selalu ringan untuk mengikhlaskan Seorang sahabat berkata; “Pantai itu mengajari kita mengenai keikhlasan, Keihklasan menerima yang datang, Dan keikhlasan merelakan yang pergi” Ya, mengikhlaskan yang ringan seperti pantai. Suatu hari, aku dengan mudah merubah jiwaku menjadi telaga Saat para pengembara membawa beribu-ribu kendi air Dan mereka telah menumpahkan beberapa air dalam kendi Aku tidak pernah bertanya, mengapa tiba-tiba jiwaku menjadi telaga Tak pernah aku bertanya terlebih dahulu, apakah sebagian kendi-ke...

Sebelum semuanya

. . . Kini, semuanya aku lepaskan Sesuatu yang mengendap damai Mulai aku lumuri dengan air agar mencair.... Bukan aku pencudang kawan, Mengalah dalam peperangan Tapi, aku merasa takut pada Tuhan saja kawan Aku tahu, kita sama-sama berwajah masam Hati kita sama-sama mendung Celakalah keadaan ini Karena kita tidak bisa bedakan siapa yang benar dan siapa yang bebal Maka kawan, Aku takut aku yang tersandung dan duduk manis dalam kesalahan Dan sialnya kawan, Aku tak sama sekali merasa sebagai aktor yang bebal Jika sudah begini kawan, Merugi sudah hidup saya yang tidak pernah berbuat benar Semakin jauh sudah Firdaus Tuhan yang menggiurkan itu kawan Dan semakin dekat sajalah diri ini dengan jahanam Tuhan. Kini aku lepaskan kawan. Sebuah untaian, yang mengikat sulam persahabatan Bukan aku memutuskan tali persaudaraan Tapi kawan, Lebih baik begini aku pikir Sebelum Tuhan mengutus Izrail datang dan menarikku dengan bringasnya. Maka sebelum semua itu kawan . . . S...
Kita sedang berpura-pura menjadi orang yang dungu.. Berjalan, mengenakan topeng dan saling berjabat tangan.. Ketika orang banyak bercerita, kitapun latah bercerita banyak.. Padahal saat ruang dan waktu meletakan kita berdua 'saja' Kita menggeram, bagaikan induk ayam diganggu anaknya.. Tapi kita bukan induk ayam sepenuhnya.. Karena hatimu dan hatiku masih berwujud manusia.. Yang berbisik-bisik, mengeluarkan tanda-tanda angkuh.. Tanda-tanda itu hanya dimengerti aku dan kamu, Serta Tuhan pastinya yang lebih tahu daripada aku dan kamu.. Enyahlah tanda-tanda yang kamu berikan itu.. Hanguskan saja.. Karena tetap saja begitu. Meminta dimengerti, tapi tidak pernah mau mengerti. Ah, sudahlah.. Enyah saja lah. Saya bersama Allah disini, Bertahan 'Menyambut Janji'