Jejak dan Awan
- Puisi adalah kata-kata kebebasan abadi yang besenandung, saling menimpali, atau justru saling terdiam untuk menikmati-
Kemanakah engkau pergi wahai manusia yang sedang menikmati kebebasan?
Tak taukah engkau disini ada yang tertinggal
'Apa?!' Begitu kata yang aku artikan
'Jejakmu...!'Sahutku
Karena jejakmu adalah bait-bait perjalananmu, ia tertinggal membekas.
Tapi iya telah tergerus pacuan waktu,
Menguap... Terlupakan.
Begitu keluhmu yang aku dengar,
Hmm... Wahai manusia yang sedang menikmati kebebasan kau benar!
Namun cerita yg tergerus waktu akan menjadi puisi yang indah
'Ah, ternyata aku salah besar kawan,' begitu teriakmu sambil melirik kebelakang
'Iya memang menguap. Dan menghilang,
Tapi ternyata dia tidak terlupakan, Karena ada kotak lembut yang merekam semuanya.'
Begitu gumammu yang aku dengar
Dia merubah jejak dan masa lalu menjadi bait-bait puisi,
Seperti awan...
Yang merubah lautan air asin, menjadi titik-titik hujan
Terimakasih awan.
Puisi yang tercipta begitu saja bersama seorang teman.
Kemanakah engkau pergi wahai manusia yang sedang menikmati kebebasan?
Tak taukah engkau disini ada yang tertinggal
'Apa?!' Begitu kata yang aku artikan
'Jejakmu...!'Sahutku
Karena jejakmu adalah bait-bait perjalananmu, ia tertinggal membekas.
Tapi iya telah tergerus pacuan waktu,
Menguap... Terlupakan.
Begitu keluhmu yang aku dengar,
Hmm... Wahai manusia yang sedang menikmati kebebasan kau benar!
Namun cerita yg tergerus waktu akan menjadi puisi yang indah
'Ah, ternyata aku salah besar kawan,' begitu teriakmu sambil melirik kebelakang
'Iya memang menguap. Dan menghilang,
Tapi ternyata dia tidak terlupakan, Karena ada kotak lembut yang merekam semuanya.'
Begitu gumammu yang aku dengar
Dia merubah jejak dan masa lalu menjadi bait-bait puisi,
Seperti awan...
Yang merubah lautan air asin, menjadi titik-titik hujan
Terimakasih awan.
Puisi yang tercipta begitu saja bersama seorang teman.
Komentar
Posting Komentar