Maaf... :(
Satu bulan sudah saya habiskan
masa menganggur ini. Liburan tiga bulan semakin berjalan mundur, satu
hari..satu hari...tidak terasa liburan hanya tersisa dua bulan lagi. L
Kosan semakin sepi, tiket-tiket
bis, kereta, dll sudah habis terjual. Berulang kali, sms yang sama masuk ke HP.
Menanyakan hal yang sama, “Kapan pulang, kumpul yuk.....!!!” Memang tidak terlalu
menyakitkan saat mengetahui sebagai besar teman-teman ku sudah ada di kampung
halaman. Sedangkan aku, masih harus berrendam ditengah panasnya kota Depok.
Hari-haripun, seperti biasa... penuh sesak dengan kegiatan. Bolak-balik
berhadapan dengan birokrasi yang membingungkan. Contrang-contreng memenuhi
undangan rapat.....
Mentari tenggelampun, belum
sempat merasakan tenang. Belum mampu untuk merebahkan badan dengan segera. Karena,
tukar pikiran masih belum berakhir walaupun jam menunjukan pukul 21.00 .
Ditengah kesibukan ini, ada sebuah tamaparan yang menyakitkan. Ditengah
tumpukan kelelahan ini, ada sebuah bombardir yang menghancurkan. Saat suatu
malam, Ibu mengirim pesan pendek yang berbunyi.
“Ateu (Sapaan dekatnya kepada
saya) sibuk pisannya, mamah teh tos sono pisan hoyong pependak. Tapi Ateu sibuk
pisannya, wioslah teu kunanaon mudah-mudahan ateu di paparinan kasehatan.”
“Ateu, sibuk banget ya, mamah
sudah rindu ingin bertemu. Tapi, biarkanlah tidak apa-apa. Yang penting Ateu
sehat”
Jleb....banget sewaktu membaca
sms Ibuku. Rasanya, semua lelahku itu menguap tidak berbekas menjadi apa-apa. Saat
aku menghabiskan energiku, untuk banyak hal disini, tetapi aku lupa.. bahwa di
sana, di rumah yang sudah banyak bocor itu ada dua manusia yang merindukan ku. Dan
menantikan kehadiranku.
Kemudian aku tersadar, seolah
tertampar.
Bunda, maaf saya khianat.
Ayah maaf,...
Komentar
Posting Komentar