“RUU KKG” Mari Sikapi...
Isu disahkannya RUU KKG (Rancangan
Undang-Undang Kesetaraan dan keadilan Gender) tidak kalah penting dengan
disahkannya kebijakan penarikan subsidi BBM. Mungkin, jika kita mengetahui
kerugian yang akan diciptakan dari disahkannya UU tersebut. Maka, kehancuran
yang diciptakan akan lebih besar dari sekedar kehancuran pagar-pagar DPR. Dan
kericuhan yang muncul tidak terbatas pada sulitnya mendapatkan setetes BBM....
Sebelum berbicara lebih jauh, kita
fahami terlebih dahulu definisi dari gender. Gender adalah definisi sosial atas
pembedaan laki-laki dan perempuan, berbeda dengan jenis kelamin yang membedakan
laki-laki dan perempuan secara sudut pandang biologis.
Dalam draft RUU KKG yang sedang diolah
oleh DPR RI, tercantum banyak sekali pengertian dan pasal yang tidak sesuai dengan
tempatnya. Contohnya dalam pasal 1 ayat 1 RUU KKG di sebutkan “Gender
adalah pembedaan peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang
merupakan hasil konstruksi sosial budaya yang sifatnya tidak tetap dan dapat dipelajari, serta dapat dipertukarkan menurut waktu, tempat, dan
budaya tertentu dari satu jenis kelamin ke jenis
kelamin lainnya.” Makna dari isi pasal 1
ayat 1 draft RUU kesetaran dan keadilan gender, sangat bertolak belakang dengan
realita. Menurut UU tersebut kesetaraan adalah ketika tidak ada lagi pembedaan
antara lelaki dan perempuan. Hal ini berarti, bahwa apa yang bisa dilakukan
laki-laki bisa dilakukan juga oleh wanita, dan begitupun sebaliknya. Tetapi,
apakah hal itu benar-benar sesuai?
Saya rasa
sangat-sangat tidak sesuai. Karena bagaimanapun, lelaki dan perempuan itu
berbeda. Tidak mungkin keduanya dapat disetarakan atau disejajarkan, karena
keduanya memiliki peran dan kewajiban yang berbeda. Perbedaan yang terdapat
antara lelaki dan perempuan itu bukan untuk disetarakan, tetapi untuk dilengkapi
satu sama lain.
Seandainya
UU KKG tersebut diterapkan dalam masyarakat kita, maka akan banyak kekacaun
yang muncul setelahnya. Seandainya saja wanita dan lelaki itu benar-benar
disetarakan, maka hak waris yang didapatkan harus setara, tidak ada lagi pemisah
toilet antara laki-laki dan wanita, wanita boleh menjadi imam saat shalat
berjamaah dengan laki-laki, kaum gay bebas untuk bertingkah laku, aborsi bebas dilakukan,
de el el. Semua itu terlalu menarik jauh wanita pada fitrahnya.Jika karena jika kita sudah melenceng dari fitrah
yang Alah tentukan keada kita, maka kehancuran akan datng. Jika saya
analogikan, kita bisa mematikan handphone kita dengan banyak cara bukan. Kita bisa
non aktifkannya dengan cara membantingnya dari lantai 4 gedung asrama. Kemudian
apa hasil yang akan kita dapatkan, handphone kita memang mati. Tetapi mati yang
sebenar-benarnya..... Fuuuuh...... Cape deh
Berbeda
dengan kita mennonaktifkannya sesuai dengan prosedurnya, maka handphone kitapun
akan baik-baik saja bukan? Begitupun dengan manusia, kita bisa menyuarakan
keadilan dan kesetraan keluar dari koridor Islam. Tetapi, lihatlah kehancuran
yang akan muncul setelahnya.
Islam
tidak pernah membatasi atau menyusahkan umatnya, apa-apa yang diberikan kepada
laki-laki dan perempuan berdasarkan kemampuan mereka. karena Allah maha mengetahui
yang Terbaik untuk hambaNya.
Mari
sikapi!!!
Komentar
Posting Komentar